Tamparan untuk Bupati Dari pada Janji Palsu, Warga Desa Kuta Dalom Pilih Mengubur Jalan Poros Rusak

PESAWARAN Orisipubliknews.co.id – Aksi sindiran gotong royong yang viral di Facebook dan TikTok menjadi sinyal untuk membayar pajak. Pemerintah Daerah hanya membalas dengan kata “semoga” dan “tahun depan”. Frustasi sudah berganti menjadi amarah yang meledak. Puluhan warga Desa Kuta Dalom dan Padang Rancang, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, memilih langkah dramatis sebagai bentuk protes final: mengubur jalan poros mereka yang rusak parah, Jum’at 24/10/2025.

Alih-alih menunggu perbaikan yang tak kunjung datang, warga bersatu dengan membawa cangkul dan pacul untuk menimbun jalan yang lebih mirip “kubangan lele” dan “ladang lubang” tersebut. Jalan yang seharusnya urat nadi menjadi menuju Kantor Camat Way Lima dan SMA 1 Way Lima itu, kini berubah menjadi gundukan tanah, sebagai monumen pengabaian pemerintah.

Aksi yang langsung viral di media sosial, terutama TikTok, ini seperti adegan film sindiran yang pahit. Suasana di lokasi dipenuhi kemarahan, bukan kesedihan.

Bupatimu mana?! Bupatimu mana?! Suruh bupatimu bangun ya!” teriak seorang warga, mewakili suara ribuan orang yang merasa dikhianati. Sindiran pedas lainnya terlontar, ” Jalannya jelek, Buk, makanya ditimbun! Sudah becek semua, sudah bisa dipelihara ikan lele.

Lelucon getir itu menggambarkan betapa absurdnya kondisi infrastruktur vital yang dibiarkan selama bertahun-tahun, membahayakan keselamatan dan mengisolasi warga.

Di tengah gejolak kemarahan warga, respon dari institusi yang terasa seperti rekaman usang yang tidak berarti.

Camat Way Lima, Al Ihsan Iskapi, SE, MM, melalui pesan WhatsApp, mengaku telah menyampaikan laporan ke Bupati Pesawaran, Nanda Indira, dan anggota DPRD. Namun, janji yang diumbar justru semakin mengecewakan.

Tekait jalan tsb sebenarnya sudah kita usulkan kepada Bupati melalui musrenbang, dan juga sudah sy sampaikan juga kepada anggota dprd pada saat kunjungan kerja ke kecamatan, berharap agar menjadi atensi karena merupakan akses menuju kantor dan sekolah juga, tanggapannya positif, semoga bisa segera terwujud tahun depan”

Kata “semoga” dan “tahun depan” itu bagai garam di atas luka bagi warga yang hari ini harus kecelakaan melewati nyawa “jalan medan perang” itu. Janji kosong ini semakin mempertebal dinding pemisah antara pemerintah dan rakyatnya.

 

Aksi “penguburan jalan” ini bukan sekadar unggahan viral. Ini adalah puncak gunung es yang mengecewakan dan sinyal keras penutupan bayar pajak. Warga merasa tidak ada gunanya lagi memenuhi kewajiban membayar pajak jika imbal baliknya hanya pengabaian dan janji palsu.

Aksi ini adalah mencetak keras bagi Pemerintah Kabupaten Pesawaran pimpinan Bupati Nanda Indira dan anggota DPRD. Ini adalah cermin dari krisis kepercayaan yang telah mencapai titik nadir.

Publik kini menunggu tindakan nyata, bukan retorika. Bupati Nanda Indira dan jajarannya ditantang untuk segera turun ke lokasi. Mereka tidak hanya dituntut untuk membongkar timbunan tanah dan menggantinya dengan aspal yang layak, tetapi juga membongkar timbunan janji palsu dan mengisi lubang-lubang kepercayaan yang telah mereka gali sendiri.

Warga sudah bergerak dengan aksi nyata. Kini, giliran sang penguasa membuktikan bahwa mereka masih layak disebut “pelayan masyarakat”. Atau, apakah jalan yang dikuburkan warga ini akan menjadi nisan bagi kepercayaan terakhir mereka kepada pemerintah?

 

[Redaksi Orisipubliknews.co.id .]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *